Yuk! ber-PUISI
Bercengkrama lewat puisi merupakan salah satu aktivitas pembelajaran yang dilakukan siswa SMPK 5 khususnya kelas VIII. Berikut adalah goresan pena tersebut.
Yuk! ber-PUISI
Bercengkrama lewat puisi merupakan salah satu aktivitas pembelajaran yang dilakukan siswa SMPK 5 khususnya kelas VIII. Berikut adalah goresan pena tersebut.
Lemari Emosi
Alexandra Tracy Nauli Sinaga / 8E
Beranikah kau mengucap kata?
Bercerita dengan pikiran dan alihan berantakan
Melompat dan berlari di arah utara
Kau hanya saja melarikan diri
Bunga kuncup di pagi buta
Mekar, membuka diri di malam hari
Gelap, tak bisa berkata
Kau tak layak
Kau tak pantas
Saat ini, tak ada yang mengenal solusi
Kau hanya saja menyimpan dan menularkan pedih
Tak ada maknanya
Tak ada gunanya
Lagi pula,
Kau hanya lemari yang terisi emosi tanpa kuasa
Aku tak berani mengucap kata
Membiarkan pikiran berantakan itu
Berdansa, bermain di kalangan diriku
Keindahan dalam Dirimu
Zefania Abigail / 8E
Kau seperti bunga yang indah
Bermekar pada saat matahari terbenam
Disinari cahaya dari matahari terbenam
Kulitmu seperti bintang yang sangat cantik
Pada hari itu kau datang membawa bunga karangan
Bunga yang sangat indah
dirangkai oleh tanganmu sendiri
Kau berikan bunga itu : Untukku
Mempertandakan aku ini spesial
Setiap malam kau selalu kupikirkan
matamu yang indah, wajahmu yang imut, tanganmu yang kecil
Bagai bunga, matahari, dan bintang yang indah
Kau bagaikan anak kecil yang lucu
Sedang jatuh cinta
Pergi
Fonda Kirsten Sihite /8E
Kupandang matanya
Mata yang penuh jeritan
Penuh dendam
Penantian tak berakhir
tergenggam waktu
Terlalu lama, terlalu jauh
jatuh dalam keinginannya
Keinginanya yang tak terpenuhi
Membusuk dalam hati
Air mata mengalir, tak henti
Menyelamatkan yang sudah tiada
Menunggu yang sudah pergi
Nostalgia ceria, terasa hampa
Memori yang berlalu
tinggalkan darah
Bercak yang mengeras tak terhapus
Kesadaran yang menipis, hati yang mengiris
Cermin
Felicia Celinda Lavenia /8E
Hari demi hari, harapanku terkubur,
Tak ada yang selamanya,
Harapan bagi kasih telah hancur,
Hanya kekurangan yang tahu.
Bagai api kehilangan panas,
Aku menatapmu, tenang diriku,
Tak nyata, tak bernafas,
Engkau tak kan pernah mengenalku.
Aku bahagia:
Jika menemui mu, sahabat.
Aku hampa:
Ketika tak bertemu nanti.
Lelah, hancur lagi rasa,
Kau tak kan tahu,
Bahwa kau adalah sepiku,
Aku bertanya,
Padamu yang tak tahu:
Tentang nyata,
Diam, tak menjawab.
Perasaan ini, perasaanku
Kau tak tahu, bahwa engkau,
Adalah dan akan selalu,
Menjadi cermin kesepianku.
Harapan yang Sirna
Damaris T. P. / 8E
Sinar bulan merangkul malam
Ketika insan semua
Menyelami bunga tidurnya
Bulan yang selalu berdiri indah di sana
Seolah menunggu keajaiban menghampirinya
Nihil
Tidak ada yang menghampiri
Di mana kah hal indah itu?
Kembalilah
Mengapa kesedihan menghantam bertubi tubi?
Hujan malam menghampiri
Menangis
Mewakili kepedihan kalbu
Pilu yang menyelimuti
Mendekap dalam kegelapan mati
Sirna
Harapan yang sirna
Bagai malam dan bulan
Yang tergantikan
Oleh raja siang nan Anggun
Yang tersenyum, menyinari setiap jiwa di dunia
Belenggu
Bagai purnama nan indah
Yang tersenyum, melambai kepada dunia
Keindahan yang sulit ditaklukkan
Membuat jiwa setiap insan terbelenggu
Semua yang ada
Menyaksikan keanggunannya
Termangu, terisak, merenung
Seluruh drama hidupnya
Kosong, mati dan tangis
Dunia tanpa makna
Yang menyelimuti kehidupan ini
Pergilah engkau pergi
Lalu kembalilah
Sebagai cahaya
Yang selalu dinanti
Duka Sekejap
Christian Ferga Abhimanyu /8E
Hilang….
Semua hancur dalam sekejap
Bumi bergetar amat dashyat
Bangunan rubuh..
Mencabut nyawa mereka yang tidak berdosa
Mereka yang malang
Tewas tak terselamatkan
Hanya meninggalkan duka
Bagi mereka yang ditinggal
Pecahan Jiwaku
Jovan Ezekiel Sihite - 8E
Terdiam sejenak menikmati kesendirian
Tubuh menggigil kehilangan jiwa
Mencari sesuatu yang sudah hilang
Menanti yang biasanya ada
Hati, ia ditusuk terlalu dalam
Hingga pecah hilang entah kemana serpihan cinta itu
Ku tak paham apa yang kuperbuat
Mengapa ku hancurkan hubungan itu,
Si bodoh ini terlambat menyesal sampai akhirnya kehilangan
Apalah aku tanpa cintamu, wahai dewi
Setengah jiwa ku, kau bawa pergi
Hangatmu yang candu
Sirna tak ada lagi
Kau yang dulu mengasihiku
Kini hanya tinggal kenangan
‘Kan ku kenang, aroma lavender tubuhmu
‘Kan ku ingat betapa halus kulitmu
Selamat tinggal kasih, bunga indah dalam hatiku
Yang tak kan pernah terlupakan
Sampai akhir hayatku