TEROR DI GEREJA
Dibuat oleh:
EBEN
Kelas 9C - Tahun Ajaran 2023-2024
TEROR DI GEREJA
Dibuat oleh:
EBEN
Kelas 9C - Tahun Ajaran 2023-2024
Hari Minggu yang damai menjelang Natal.
Seperti biasa digunakan para jemaat di suatu gereja HKBP untuk mempersiapkan Ibadah Natal. Salah satu jemaat sekaligus anak pendeta yang bernama Aldo dengan keluarganya menjalankan ibadah seperti biasa sebelum Natal tiba. Setelah pemberian berkat dan saling mengucapkan “Selamat hari Minggu”, Aldo dan keluarganya pulang ke rumah untuk melakukan aktivitas hariannya. Dengan mata yang berkaca-kaca membanjiri kamar, Aldo dengan tulus mendoakan ayahnya yang sedang mempersiapkan dirinya untuk acara Natal Minggu depan sebagai seorang sintua yang akan menyampaikan khotbah.
Pada malam Minggu, Ayah Aldo mengajak makan malam keluarga di sebuah lapo dekat gereja.
Setelah doa makan, ayah bertanya kepada Aldo,“Do, kenapa cuman satu centong nasinya kamu ambil?”
“Segini sudah cukup kok Pah, adik saja yang tambah nasinya,”jawab Aldo sambil tersenyum.
“Haha, Bapak waktu seumuran kamu kalo makan minimal 3 centong nasi, Do,”balas ayah sambil menambahkan 2 centong nasi dan lauk pauk ke piring Aldo.
Aldo pun berterima kasih kepada sang ayah dan lanjut menghabiskan makanannya.
Tiba di rumah pada malam hari, Aldo menutup hari dengan berdoa bersama dengan keluarga.
Harapan selamat dan perlindungkan terlontarkan dari dalam hati Aldo demi keselamatan keluarganya. Esok harinya, ayah Aldo mengantar keluarganya ke gereja untuk beribadah sekaligus mempersiapkan dirinya untuk menyampaikan khotbah. Setibanya di lingkungan gereja, terlihat beberapa pemuda berkumpul membicarakan sesuatu. Mereka menggunakan sarung dan tas ransel yang terisi penuh. Hal ini membuat ayah Aldo curiga dengan pemuda-pemuda tersebut.
Dengan kecurigaan ayah Aldo yang semakin memuncak, ia mendatangi pemuda-pemuda itu.
“Hei, ngapain kalian berkumpul di sini? Ini kawasan gereja, apa kalian ga lihat orang-orang sedang mempersiapkan diri untuk beribadah? Ganggu orang beribadah saja,”tegur ayah dengan nada tegas.
“Bapak ini siapa, sih? Emangnya Bapak punya urusan apa sampai mau membubarkan kami begini? Kami ke sini hanya untuk protes keberadaan gereja yang tidak memiliki izin legal terhadap pembangunannya,” balas salah satu dari para pemuda itu tanpa bukti yang jelas.
“Hah? Gereja ini sudah dibangun sejak lama, bahkan sebelum kalian datang di dunia!”jawab ayah sambil menahan emosi.
Singkat cerita jemaat-jemaat tercerahkan setelah mendengar ceramah dan motivasi ayah Aldo dalam khotbahnya. Sementara Aldo yang menahan ke toilet memutuskan untuk ke kamar mandi yang berada tepat di bawah panggung gereja. Sambil memasuki bilik toilet, Aldo terkejut dengan benda yang menempel di langit-langit kamar mandi. Benda tersebut menunjukkan hitungan mundur yang membuat Aldo ketakutan. Setelah berlari dan menaikki tangga, Aldo memasuki ruang gereja dengan membanting pintu utama sembari berteriak.
“Awas! Ada bom!”teriak Aldo dengan sekuat tenaga.
Jemaat di ruangan ibadah panik dan terkejut mendengan hal tersebut. Namun, usaha dan upaya
tersebut terlambat setelah terdengarnya dentuman keras yang terdengar dari bawah lantai. Seketika, panggung tempat ayah Aldo menyampaikan khotbah pun roboh dalam satu kedipan mata. Semenjak hilang pandangan jemaat gereja kepada ayah Aldo, keluarga Aldo tidak mengetahui keadaan sang tulang punggung keluarga yang hanya menyisakan reruntuhan setelah insiden tersebut.
Beberapa menit kemudian, Aldo dan keluarganya yang selamat berterima kasih dan bersyukur atas mujizat yang diberikan Tuhan. Namun, rasa syukur itu berubah menjadi duka melihat korban yang ditemukan oleh pria-pria berseragam oranye. Dengan kondisi yang mengenaskan, diketahui ayah Aldo menjadi salah satu korban atas insiden tersebut. Menunggu bertahun-tahun lamanya, akhirnya ditemukan dalang dari insiden ini adalah salah satu pemuda yang memprovokasi gereja atas tuduhan yang tidak ada kebenarannya. Meskipun begitu, keluarga Aldo mau memaafkan pelaku di pengadilan dan menyatakan bahwa kematian sang ayah adalah rencana Allah bagi keluarganya.