DIPERTEMUKAN DAN DIPISAHKAN
Dibuat oleh:
JOCELYN APRIL ELECTRA HUTAGULUNG
Kelas 9C - Tahun Ajaran 2023-2024
DIPERTEMUKAN DAN DIPISAHKAN
Dibuat oleh:
JOCELYN APRIL ELECTRA HUTAGULUNG
Kelas 9C - Tahun Ajaran 2023-2024
Matahari menyambut pagiku di hari Kamis ini dengan senyuman hangatnya. Aku berjalan menuju kelasku sembari menyapa orang-orang di sekitarku. Ya, kelas 9C. Kelas yang memiliki sejuta cerita unik di dalamnya tentang murid-murid Ibu Dwi tercinta yang sangat mencintai wali kelasnya bagaikan ibunya sendiri. Aku membuka pintu dan disambut hangat oleh sapaan teman-teman kelasku.
“Selamat pagi!!” sambut mereka kepadaku sembari tersenyum riang. Indahnya hidup menjadi salah satu murid kelas 9C. Anak-anak yang lain sedang melakukan kegiatan mereka masing-masing. Di depan kelas, ada Graeham, Arthur, dan Enzo yang sedang bermain games. Theo duduk di kursi guru sembari bermain gawainya. “Hai, selamat pagi,” sahut Raphael, sang ketua kelas, kepada Nicholas yang sedang berbincang dengan teman-temannya. Putri dan Rachel terlihat sedang asik mengobrolkan sesuatu. Hera dan Charissa sedang mengajarkan satu sama lain tentang ujian IPS yang akan dilaksanakan hari ini. Jocelyn, Darlene, dan Aya sedang asik mengobrol bertukar pikiran. Di belakang kelas, terlihat Gracia, Karin, Sarah dan Edyth sedang mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan hari ini. Aku mendatangi mereka sambil berjalan menuju ke mejaku untuk menaruh tas. “Eh jawaban nomer 12 apaan woi?” tanya Karin. “Bentar gua masih nomer 10 ini,” jawab Edyth. Gracia menyodorkan kertas berisi jawaban tugas tersebut kepada mereka berdua. “Nih, gua udah selesai,” sahut Gracia.
“Terima kasih!!” jawab ketiga orang itu. Murid-murid yang lain sedang berada di luar kelas. Mereka menemui teman-temannya untuk mengobati rasa kerinduan mereka yang telah lama tidak bertemu.
Suasana kelas terasa seperti biasanya. Kelas 9C memang terkenal memiliki murid-murid yang beragam kebiasaannya. Mungkin di dalam pikiran guru-guru sudah tertanam siapa saja anak 9C yang sering membuat onar. Anak-anak yang sering dipanggil oleh Bu Dwi perihal tugas-tugasnya. Anak-anak yang sering dipanggil dari radio sekolah karena masalah pribadi. Sungguh kelas yang menyimpan banyak kisah di dalamnya.
Bel kelas pun berbunyi menandakan pelajaran akan segera dimulai. Semua kembali ke mejanya masing-masing dan mempersiapkan diri untuk renungan pagi. Seperti biasa tawa canda memenuhi seisi ruangan kelas 9C. Lelucon komedian saja kalah dengan candaan anak-anak kelas 9C yang tiada habisnya.
Pada saat pergantian pelajaran, banyak anak kelas 9C yang pergi keluar kelas untuk mencari angin. Kebiasaan ini seperti sebuah ritual untuk anak kelas 9C yang harus dilakukan setiap hari. “Habis ini IPS ya?” tanya Samantha kepada Gizelle yang tengah mempersiapkan dirinya untuk pelajaran selanjutnya. “Iya, habis ini kayaknya IPS deh,” jawab Gizelle. “Eh, ujian bukan sih?” tanya Darlene. Mereka terkejut dan langsung mempelajari materi yang akan keluar di ujian sehabis ini. Tak lama kemudian, Bu Debora datang membawa kertas ujian. Seisi kelas langsung ricuh karena panik untuk menghadapi ujian IPS tersebut.
“Anak-anak, ayo keluarkan kertas ulangan kalian. Kita hari ini akan ulangan bab 3 dan 4 ya,” ujar Bu Debora sembari mempersiapkan kertas ujian. Semua anak kelas 9C mengeluarkan kertas ulangan mereka masing-masing. “Ren, bagi kertas ulangan dong,” sahut Nael kepada Irene untuk meminta kertas ulangan karena ia lupa membawanya. Irene memberikannya walaupun merasa kesal karena ini bukan kali pertamanya ia meminta kertas ulangan. Tetapi, ia tetap memberikannya.
Semua anak terlihat fokus dalam ujian. Kecuali satu anak. Reinhart. Ia terlihat sibuk sendiri dengan dirinya. Bu Debora melihatnya dengan tatapan mencurigakan. Ia mendatangi Reinhart dan bertanya, “Kamu lagi ngapain?”. Saat ia melihat buku pelajaran IPS di bawah mejanya, ia kaget dan marah kepada Reinhart. “Kamu nyontek?!” tanya Bu Debora kepada Reinhart yang terlihat panik saat bukunya diambil. “Tapi bu..” Reinhart terlihat sulit merangkai kata-kata untuk dijadikan alasan. Bu Debora hanya bisa menggelengkan kepala dan menyuruh Reinhart untuk membawa kertas ulangannya dan menghadap Bu Debora saat selesai ujian.
Tiba-tiba, pintu kelas terbuka lebar dan seisi kelas langsung membeku sunyi saat melihat seorang wanita berambut pendek sebahu berdiri di depan pintu. Ya, Bu Dwi Rusmini Wahyuni. Wali kelas 9C angkatan ke-27. Ia tampak seperti sudah siap melontarkan sejuta kata-kata petuah untuk kami semua. Bu Debora meninggalkan ruangan dan membiarkan Bu Dwi mengambil alih kelas.
Kami semua hanya bisa diam mendengar perkataan Bu Dwi. Seperti biasa Bu Dwi menasehati kami sembari Reinhart menenangkan diri karena merasa bersalah.
Bohong rasanya kalau kami bilang Bu Dwi tidak pernah memarahi satu kelas. Pada kenyataannya, beliaulah yang menjadi ibu kami di sekolah ini. Ia yang selalu mengajarkan kepada kami bagaimana menjadi seorang remaja yang disiplin dan bertanggung jawab. Ia mendidik kami untuk nantinya saat dewasa dapat menjadi orang yang berguna bagi keluarga dan bangsa. Bu Dwi yang akan selalu mengingatkan kami apabila kami melakukan kesalahan. Seperti saat ini. Ibu Dwi menegur dan mengingatkan kami tentang kebenaran. Itu semua karena rasa sayang dan cintanya untuk kelas 9C. Ia rela membuang waktu untuk melihat tugas-tugas apa saja yang belum kami kerjakan. Kesabaran beliau tidak dapat terhitung dan rasa sabarnya melebihi luasnya lautan.
Bagiku, kelas 9C akan selalu menjadi kelas yang unik, menyenangkan, dan menyimpan sejuta kisah berbeda tiap harinya. Sayangnya, kisah kelas kami ini akan berakhir. Kelas, sekolah, dan sejuta cerita di dalamnya akan menjadi kenangan indah yang selalu akan kami ingat setiap waktu. Bu Dwi akan selamanya menjadi wali kelas 9C yang kami cintai seperti ibu kandung kami sendiri. Bu Dwi akan selalu menjadi ibu dari 33 anak murid 9C. Di sisa waktu kami di kelas 9C, kami akan selalu merajut cerita-cerita klasik lainnya untuk menjadi kenangan indah sebelum kami meninggalkan tempat seindah ini. Meskipun terkadang tugas menumpuk seperti gunung, tetapi itulah kewajiban kami sebagai murid. Tugas kami sebagai pelajar yang harus menempuh pendidikan.
Kami semua dipertemukan oleh pendidikan. Tetapi, dipisahkan oleh masa depan.