MUSIM
Dibuat oleh:
LEVIANA DEARMA BELINDA PASARIBU
Kelas 9A - Tahun Ajaran 2023-2024
MUSIM
Dibuat oleh:
LEVIANA DEARMA BELINDA PASARIBU
Kelas 9A - Tahun Ajaran 2023-2024
Aku melewati balkon saat matahari baru saja terbit. Rumah keduaku kali ini ditempatkan di daerah yang terasa lebih asing di sekolah ini. Dalam perjalananku menuju kelas, aku melewati kelas-kelas lain. Melihat suasana yang berbeda dari jendela ruangan, membuatku berpikir banyak hal.
Tiba di kelas, perlahan aku membuka pintu dan masuk dengan rambut acak-acakan dengan jaket usang. Sinar matahari pertama kali menyentuh manusia pagi. Aku memanggil mereka peri musim semi. Aku berjalan ke sudut belakang kelas menuju tempat dudukku. Naya dan Anne seperti biasa menyapa Aku saat Aku berjalan melewati mereka. Mereka terlihat menggambar di buku sketsa dan memainkan musik, seperti biasa. Tak lama kemudian, Salsa memasuki ruangan setelah selesai mengunjungi kelas lain. Ia seperti biasa menyapa kami semua dengan energi positifnya yang indah dan rambut bergelombangnya yang jatuh dengan sempurna. Kaylee, Kiesha, dan Saras akan mendekati setiap gadis satu per satu untuk menanyakan kabar mereka. Ketiga gadis ini selalu memiliki hati yang lembut dan senyum yang manis. Inilah peri musim semiku. Mereka membangun kehidupan mereka melalui seni, keindahan, dan cinta.
Michael, cowok dengan jaket coklat dan buku tulis khasnya, menghampiri dan mengajakku diskusi tentang classmeet yang akan datang. Ada berbagai kompetisi yang harus kelas kami ikuti. Mataku langsung tertarik pada lomba melukis. Pertandingan ini cocok untuk peri-peri musim semi. Mereka sudah memiliki latar belakang prestasi seni yang cukup luar biasa. Aku yakin mereka akan menjadi pelukis, fotografer, dan penyanyi hebat di masa depan.
Perlahan-lahan siswa-siswi lainnya memasuki kelas. Michael dan Aku menutup diskusi untuk sementara. Danny, sebagai ketua kelas menyiapkan kelas dengan suaranya yang lantang. Dia menyapa setiap guru yang mengajar kelas kami dengan antusias. Selama waktu belajar mengajar aku melihat perputaran kursi sesuai dengan teman kerja sama. Para gadis mulai fokus pada tugas yang diberikan sedangkan anak laki-laki di belakang mereka justru sebaliknya. Lionel, Matthew, Mario, Roberto, dan anggota geng lainnya sibuk menikmati lelucon mereka dan menghibur satu sama lain. Meskipun demikian, mereka masih bisa menyelesaikan tugasnya dengan bantuan Oswald dan Carlo. Dua siswa yang memiliki keseimbangan murni antara canda dan cerdas. Aku menyebut mereka makhluk musim panas. Sungguh suatu berkat berada di dekat seseorang yang membawa kesenangan, kegembiraan, dan tawa seperti mereka.
Aku menyadari bahwa makhluk-makhluk itulah yang pantas mengikuti lomba pidato dan futsal. Tibalah jam istirahat, Aku kembali berdiskusi dengan Michael. Tentunya ia setuju dengan usulanku untuk mengajukan kawan-kawan musim panas untuk classmeet. Mereka sungguh hebat di lomba-lomba yang membutuhkan solidaritas dan percaya diri. Tidak ada yang dapat mempertanyakan kesetiakawanan mereka.
Seiring berlalunya hari dan bertukarnya kelas, kelas kami masih dipenuhi tawa bahkan sampai ke kelas tetangga. Tetapi, Callista, Jason, Timothy, dan Moses masih bisa tetap tenang di tengah semua kekacauan kelas kami. Mereka sering kali terlihat menikmati hobinya masing-masing saat kelas sedang ribut sendiri. Aku jadi teringat pada angin Oktober yang sejuk, tenang, dan misterius. Sungguh, mereka adalah gambaran manusia musim gugur.
Mata pelajaran terakhir akhirnya tiba. Kali ini, guru kami mengumumkan nilai ulangan kami sebelumnya. Ketegangan muncul di antara Joyce, Angel, dan Jethro. Tiga siswa paling cerdas di kelas. Ditambah Rachel dan Michael yang terasa membawa hawa intimidasi dari tatapannya. Kebanyakan di antara kami merasa khawatir karena perasaan sendiri dan rasa kompetitif yang tetap ada, termasuk diriku sendiri. Tetapi sekali lagi ada di antara mereka seperti merasakan musim dingin, aku tetap bisa menemukan kehangatan di tengah salju.
Bel terakhir berbunyi mengakhiri hari lain di kelas kami. Aku dan Michael berdiskusi untuk terakhir kalinya sebelum mengumpulkan daftar peserta kelas kami. Dengan latar belakang prestasi akademik dari musim dingin dan ketrampilan non-akademik dari manusia musim gugur kami tidak ragu untuk mengajukan mereka dalam perlombaan cerdas cermat dan sastra. Kami percaya lomba classmeet seperti ini tidak sebanding lomba-lomba internasional yang telah mereka raih.
Ketika hari classmeet tiba, setiap siswa-siswi kelas kami telah mempersiapkan dirinya dengan baik. Sepanjang hari terdengar sorak kemenangan dan sorai kekecewaan. Aku sendiri tidak lolos pada lomba cerdas cermatku. Aku kembali ke kelas dengan perasaan berkecamuk. Tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding berada di ruangan yang masih penuh suara dan tawa sedangkan diri sendiri terlelap dalam kekecewaan. Aku tidak mau merusak suasana. Bagaikan lilin yang padam, aku duduk di antara api yang menyala-nyala dengan girang. Entah bagaimana api itu menjalar ke arahku. Aku menemukan diriku berada di antara peri-peri musim semi yang memberi aku pelukan hangat. Candaan dari makhluk musim panas disampaikan kepadaku sungguh menghiburku. Kata-kata motivasi dari orang-orang musim gugur membuatku lebih tenang dan memandang situasi dengan realistis. Musim dingin yang biasanya saling melempar kata sindiran dan ambisi, kali ini justru memberiku semangat untuk melewati hari lebih baik.
Matahari mulai terbenam saat aku berjalan keluar ruangan. Ada banyak lomba yang telah dimenangkan kelasku pada hari itu. Tetapi, tetap ada beberapa pertandingan yang tidak dapat kami menangkan. Aku rasa, apapun kondisinya, masih tetap akan ada cinta yang kami tunjukkan untuk satu sama lain yang saling menguatkan. Tawa kami, kelas 9A, akan bergema di seluruh sekolah di setiap musim.